cerita ini adl hasil copas dgn ijin dari temen. mnurud gue cerita ini bagus krn didalamnya dibahas mngenai kerukunan hidup antar umat beragama,jadi ini bukan cuma buat umat buddhist aja dan gk ada salahnya kita luangin waktu bentar buat baca
Sebuah ilustrasi : Suatu hari terjadi pembakaran patung Buddha oleh sekelompok orang yang tak dikenal didepan sebuah tempat ibadah. Kebetulan ada seorang umat Buddha yang menyaksikan peristiwa itu. Ia marah tapi tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menyaksikan dalam diam dan menangis dalam hati. Pada malam harinya saat bersembahyang bersujud didepan altar patung Buddha , ia melaporkan peristiwa pembakaran patung Buddha, dan memohon agar Buddha memberikan pelajaran kepada para pelaku pembakaran itu. Tapi jawaban apa yang ia dapatkan?
Buddha menampakkan diri dengan senyuman yang mengembang penuh welas asih dan berkata , “Mengapa engkau harus marah dan Aku harus memberi pelajaran kepada mereka yang melakukan pembakaran patung Buddha itu? Apabila Buddha ada dihatimu, bagaimana mereka dapat membakar Buddha yang ada dihatimu? Janganlah marah dan membenci mereka, apalagi harus menghukum mereka. Dalam rasa marah dan benci yang mereka miliki saat melakukan pembakaran , sesungguhnya mereka sudah mendapat hukumannya . Karena telah mencederai nuraninya sendiri. Walaupun mereka membakar patungKu, apakah Aku ikut terbakar juga? Aku tidak akan terbakar sama sekali, walaupun itu dilakukan beribu kali.”
Tiba-tiba umat ini tersadarkan seketika itu. “Ya, mengapa aku harus marah dan membenci mereka? Kalau memang Buddha itu sudah ada dihatiku, seharusnya aku mengasihi mereka! Karena siapapun yang telah memiliki hati Buddha, tidak mungkin akan menyimpan kemarahan dan kebencian! Oh, maafkan aku Buddha, dan terimakasih telah menyadarkan aku dalam kesesatan! Ternyata selama ini aku hanya jadi pemeluk agama Buddha dan Buddha itu baru sampai pada kulitku saja! “
Demikian kiranya, kita akan gampang menjadi marah kalau agama yang kita yakini hanya sampai dipermukaan, pada saat ada yang menghina . Kemarahan akan kita lampiaskan kepada yang menghina . Sebenarnya hal ini akan menunjukkan sampai dimana tingkat keimanan kita. Yang terjadi selalu ada pembenaran , bahwa kita memang pantas marah saat ada yang menghina agama kita. Apalagi ini menyangkut masalah harga diri .
Tetapi apabila agama itu sudah sampai atau mencapai hati kita, pastilah kemarahan dan kebencian itu tak akan ada lagi, karena ia telah berubah menjadi cinta kasih . Yang adalah akan timbul hati yang mengasihi dan mendoakan mereka yang telah menghina, karena sesungguhnya orang-orang itu memang pantas dikasihani karena telah melakukan kesalahan yang besar. Jadi tak perlu kita menyalahkan lagi, apabila kita sudah mengerti.
Mengampuni dan mengasihi adalah esensi dari setiap ajaran agama. Apabila hal ini bisa kita amini bersama, surga akan tercipta di bumi ini.
Sebuah ilustrasi : Suatu hari terjadi pembakaran patung Buddha oleh sekelompok orang yang tak dikenal didepan sebuah tempat ibadah. Kebetulan ada seorang umat Buddha yang menyaksikan peristiwa itu. Ia marah tapi tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menyaksikan dalam diam dan menangis dalam hati. Pada malam harinya saat bersembahyang bersujud didepan altar patung Buddha , ia melaporkan peristiwa pembakaran patung Buddha, dan memohon agar Buddha memberikan pelajaran kepada para pelaku pembakaran itu. Tapi jawaban apa yang ia dapatkan?
Buddha menampakkan diri dengan senyuman yang mengembang penuh welas asih dan berkata , “Mengapa engkau harus marah dan Aku harus memberi pelajaran kepada mereka yang melakukan pembakaran patung Buddha itu? Apabila Buddha ada dihatimu, bagaimana mereka dapat membakar Buddha yang ada dihatimu? Janganlah marah dan membenci mereka, apalagi harus menghukum mereka. Dalam rasa marah dan benci yang mereka miliki saat melakukan pembakaran , sesungguhnya mereka sudah mendapat hukumannya . Karena telah mencederai nuraninya sendiri. Walaupun mereka membakar patungKu, apakah Aku ikut terbakar juga? Aku tidak akan terbakar sama sekali, walaupun itu dilakukan beribu kali.”
Tiba-tiba umat ini tersadarkan seketika itu. “Ya, mengapa aku harus marah dan membenci mereka? Kalau memang Buddha itu sudah ada dihatiku, seharusnya aku mengasihi mereka! Karena siapapun yang telah memiliki hati Buddha, tidak mungkin akan menyimpan kemarahan dan kebencian! Oh, maafkan aku Buddha, dan terimakasih telah menyadarkan aku dalam kesesatan! Ternyata selama ini aku hanya jadi pemeluk agama Buddha dan Buddha itu baru sampai pada kulitku saja! “
Demikian kiranya, kita akan gampang menjadi marah kalau agama yang kita yakini hanya sampai dipermukaan, pada saat ada yang menghina . Kemarahan akan kita lampiaskan kepada yang menghina . Sebenarnya hal ini akan menunjukkan sampai dimana tingkat keimanan kita. Yang terjadi selalu ada pembenaran , bahwa kita memang pantas marah saat ada yang menghina agama kita. Apalagi ini menyangkut masalah harga diri .
Tetapi apabila agama itu sudah sampai atau mencapai hati kita, pastilah kemarahan dan kebencian itu tak akan ada lagi, karena ia telah berubah menjadi cinta kasih . Yang adalah akan timbul hati yang mengasihi dan mendoakan mereka yang telah menghina, karena sesungguhnya orang-orang itu memang pantas dikasihani karena telah melakukan kesalahan yang besar. Jadi tak perlu kita menyalahkan lagi, apabila kita sudah mengerti.
Mengampuni dan mengasihi adalah esensi dari setiap ajaran agama. Apabila hal ini bisa kita amini bersama, surga akan tercipta di bumi ini.