Tapi, secara... sabbe sankhara anicca, semua yang terbentuk tidak kekal. Yang terbentuk ini mencakup segala sesuatunya, termasuk bentuk2 pikiran, bentuk2 perasaan, bentuk2 jasmani, dll. Konsekuensinya, refleksi dari bentuk2 ini pun juga tidak kekal, kesenangan, kesedihan, kenikmatan, kesakitan, dsb. semuanya tidak kekal, pasti berubah.
Untuk hal ini, pasti bisa dibuktikan bukan? Pernahkan kita merasa nikmat? Tentu pernah! Tapi apakah itu terus kita alami tanpa henti? Tentu tidak! Mungkinkah kenimkatan itu tidak pernah berhenti? Tidak mungkin! Kenikmatan makan hanya ketika kita makan, bukan ketika kita lapar, bukan juga ketika kita buang air besar.
Pernahkah kita merasa sedih? Pernah! Apakah kesedihan itu tidak berubah dari waktu ke waktu? Tidak! Kadang hilang, kadang malah makin sedih (misalnya).
Demikian juga, apa sebenarnya yang kita harapkan dengan hidup di surga? Apakah kenikmatan, kesenangan, kebahagiaan duniawi? Jika itu yang kita harapkan dari surga... maka sudah pasti keadaan surga itu tidak kekal. Pada masanya nanti, suatu kenikmatan, kesenangan, kebahagiaan duniawi itu akan berakhir. Kenikmatan/kesenangan hanya muncul ketika kita bertemu dengan obyek2 kenikmatan/kesenangan. Ketika saatnya kita terpisah dengannya, baik secara tidak sengaja atau sengaja (mungkin karena bosan), maka bersiaplah, sebentar lagi perubahan pasti akan segera terjadi.
Di sisi lain, sebenernya kita juga ga perlu tunggu lahir dan mati di surga untuk membuktikan langsung. Tapi kita kudu punya mata dewa dulu (makanya rajin2 meditasi...!). Ada orang2 tertentu yang memang dikatakan terlahir dari surga. Maksudnya, kehidupan dia sebelumnya adalah di surga.
Bahkan bukan cuma manusia, suatu ketika saya pernah bertemu seekor anjing (pudel berwarna coklat) di suatu vihara, yang kebetulan dipotret oleh teman saya. Hasil cetakan fotonya menunjukkan bahwa ada cahaya/aura bundar di sekeliling anjing itu. Konon, kabarnya, anjing itu di kehidupan sebelumnya adalah seorang dewa (hidup di surga). Nah, kalo kita punya mata dewa, mungkin kita berkesempatan menelusuri jejak kehidupan makhluk2 lain.
Ada lagi cerita, di suatu tempat pemancingan di daerah Bekasi. Ada ikan mas yang besar dan indah sekali. Ikan mas istimewa ini jarang nongol ke permukaan, jadi jarang orang melihatnya. Tapi, sejak ada ikan mas ini, orang yang mancing di sana ga pernah dapet ikan.
Waaa... maka dipanggillah paranormal.... Ternyata paranormal itu melihat bahwa ada "jin", yang sebenernya bukan sekedar jin, tapi dewa air. Badannya mempunyai sisik seperti ikan, mengkilat keemasan indah sekali. "Jin" ini yang mencegah ikan2 itu kena pancing, katanya. Maka ditangkaplah "jin" itu dan dimasukkan dalam botol, trus dibuang jauh2. Tapi, memang dasarnya dia itu dewa, dengan mudah dia keluar lagi dari botol dan balik lagi ke kolam pancing itu.
Nah, akhirnya yang jadi pertanyaan adalah, kenapa dewa tsb. kok tidak mau pergi dari situ? Lhaa... setelah cari2 tau... ternyata si dewa ini datang bersama dengan ikan emas istimewa tadi. Dan ternyata si ikan mas ini, pada kehidupan sebelumnya adalah istri dari dewa air itu. Setelah mengetahui itu, ya akhirnya ikan mas tadi ditangkap dan dilepas di sungai. Dan keadaan kembali seperti semula.
Yah... itu sekedar cerita. Buddha Gotama guru junjungan kita sendiri, diceritakan terlahir dari surga (kehidupan sebelumnya di surga Tusita, sebagai dewa bernama Setaketu).